Dia yang sempat mengisi hati dan hari. Menyentuh lembut jiwa dengan kasih sayang. Sempat menawar luka karena sayatan cinta yang lalu, namun akhirnya beranjak pergi juga. Membuka luka lama dan menambahi goresannya. Dia menemukan orang baru, kemudian lupa bahwa namamu pernah ada dalam senin-minggunya. Ironis, kamu masih di tempat yang dulu. Move on hanya sekadar gaungan kata tak berarti. Jiwa masih tertambat pada satu kenangan yang semakin usang. Tertawa sebentar mengingat memori manis masa lalu, lantas menangis lama meratapi nasib cinta yang tak memihak. Sebanyak apapun air mata yang telah kau tumpahkan dia takkan tau, dan mungkin sudah tak mau tau. Sosok di depannya jauh lebih bersinar darimu. Lalu atas restu Tuhan, sosok yang kamu sebut perebut itu akhirnya menjadi cinta sejatinya. Kau makin tersayat-sayat. Berteriak Tuhan tak adil karena melihat betapa mulus jalan mereka. Kau iri. Dia makin gemilang. Berjalan menanjak meraih mimpi-mimpinya, tanpamu. Sedang kau? Masih ta...